5 Maret 2016

PUNDEN PENGLARISAN MBAH TEMPEL


Pemandangan seperti itu terjadi setiap malam Jumat Pahing di salah satu desa di Jawa Timur.  Tepatnya di punden Mbah Tempel.  Orang-orang itu adalah para pedagang.  Mereka antri untuk meminta berkah pelarisan usahanya.  Memang ada suatu keyakinan, Mbah Tempel bersedia membantu usaha siapa saja yang mau ritual secara rutin setiap malam Jum’at Pahing di pundennya.  Minah, seorang pedagang asal Jombang mengaku telah mendapatkan berkah itu setelah tiga kali ritual.  Dan sekarang, ia sudah berhasil memiliki stan permanen di sebuah pasar.  



Begitu pula rekan-rekannya sesama pedagang, banyak juga yang berhasil.  “Yang membuat saya gembira, mereka bisa rukun dan tak ada rasa saling menjatuhkan,” ujarnya.  Maraknya perburuan penglarisan di punden Mbah Tempel dibenarkan juru kunci punden tersebut.  Menurut sang juru kunci, peminat lebih dulu harus melakukan ritual di punden dengan sesaji yang sudah ditentukan antara lain:
-Kemenyan
-Rokok Kretek
-Kembang Telon (bunga tiga warna)
-Lebih afdhol ditambah segelas kopi


Semua seseaji lalu ditaruh di tempat yang tersedia di dalam bangunan punden, dialasi dengan pelepah pisang.  Selanjutnya, peminat bisa mulai ritual dengan membaca mantra atau doa sesuai keinginan masing-masing.  “Kalau memang peziarah itu beruntung , maka hari itu juga akan mendapatkan berkah dari Mbah Tempel.  Biasanya ditandai dengan pemberian sesuatu.” Terang sang juru kunci. 

Ingkar selamatan, berkah dicabut
Bagi pedagang yang permohonannya dikabulkan, diharuskan mengadakan syukuran di lokasi punden dengan mengundang warga desa.  Kalau tidak dilakukan, menurut juru kunci maka peziarah itu akan didatangi Mbah Tempel, baik melalui mimpi maupun penampakan.  Sosok Mbah Tempel sendiri, katanya bisa dikenali dari penampilannya.  Yakni sosok lelaki yang selalu mengenakan pakaian hitam-hitam.  “Kedatangan Mbah Tempel biasanya untuk menagih janji peziarah sebelum berhasil,” jelas juru kunci yang masih terlihat muda dari usianya.
Acara syukuran itu, biasanya dilakukan pada malam Jum’at Pahing, bersamaan dengan datangnya para peziarah yang lain.  Sesaji yang dihidangkan harus terdiri dari:
-Nasi Tumpeng
-Ayam Panggang
-Bubur Merah
-Sayur-sayuran
-Bunga tiga warna
-Kemenyan


Satu hal yang juga penting diperhatikan apa yang disajikan dalam acara syukuran tidak boleh dihabiskan.  Harus disisakan untuk diberikan kepada Mbah Tempel.  “Dulu pernah ada seseorang yang berhasil dan mengadakan tumpengan, namun sayang tumpeng yang disediakan cukup banyak itu langsung ludes tak tersisa.  Akibatnya, orang tersebut langsung kesurupan,” tandasnya.  Sementara untuk menjaga agar Mbah Tempel tetap memberikan berkahnya, pedagang itu harus menyisihkan sebagian rejekinya untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.  “Kalau tidak dilakukan, biasanya keadaan pedagang tersebut akan kembali seperti sebelum melakukan ritual di punden ini,” tutur sang juru kunci.

Baju Hitam Pembawa Petaka
Datang ke pundeng Mbah Tempel tidaklah terlalu sulit.  Sebab sebagian besar jalan yang menuju kesana sudah beraspal mulus.  Hanya beberapa meter mendekati lokasi yang masih berupa jalan makadam.  Hanya saja perlu diingat, jangan sekali-kali mengenakan pakaian berwarna hitam jika kesana.  Sebab menurut warga setempat maupun juru kunci, pakaian warna hitam merupakan pantangan di punden itu.  Siapa berani melanggarnya akan mendapat musibah.
Hukuman akibat melanggar pantangan itu, pernah menimpa seorang peziarah bernama Tomo asal Sidoarjo Jawa Timur.  Waktu itu, ia yang baru pertama datang kesana, memakai baju warna hitam.  Bukannya ia berniat menantang, tetapi selain menjadi warna baju kesukaanya ia juga belum tahu adanya larangan tersebut.  



Akibatnya baru saja memulai ritual, mendadak tubuhnya kejang hingga berguling-guling di tanah.  Mulutnya merancau tak karuan.  Ia baru sembuh setelah juru kunci turun tangan.  Juru kunci itu segera melakukan kontak ghaib dengan Mbah Tempel.  Dari kontak itulah diketahui jika Mbah Tempel marah karena Tomo memakai pakaian hitam.  “Setelah orang itu meminta maaf, tubuh Tono pulih seperti sedia kala.  Seketika itu pula, ia langsung mengganti pakaiaanya dengan meminjam dari salah satu seorang warga,” Ujar Giman, seorang warga yang menyaksikan peristiwa tersebut.

Misterius Tetapi Sakti
Nama Mbah Tempel, sebenarnya bukan nama asli sosok ghaib penghuni punden tersebut.  Hal tersebut diakui sendiri oleh warga juru kunci setempat.  Pemberian nama itu semata merujuk pada bentuk punden, yakni sebuah batu kecil berwarna hitam.  Sedang tentang nama asli Mbah Tempel tak ada yang tahu.  “Yang saya tahu dari cerita turun-temurun yang berada di punden tersebut adalah Mbah Tempel.  Dari mana asalnya, saya juga tidak tahu.  Tapi menurut cerita orang tua dulu, Mbah Tempel datang ke tempat teresebut untuk menghindari serangan musuh yang saat itu ingin menggempur majapahit,” Ujar Soleh warga setempat.
Sementara menurut juru kunci, Mbah Tempel datang di daerah itu sekitar tahun 1890.  Waktu itu Mbah Tempel yang mengenakan pakaian berwarna hitam denga rambut terurai terlihat sedang duduk diatas sebuah batu hitam.  Lokasi batu yang kala itu masih berupa hutan belantara, agaknya membuat Mbah Tempel nyaman hingga memutuskan menetap disitu.  Karena kesulitan mendapatkan ari, Mbah Tempel lalu melakukan semedi, meminta peutunjuk kepada Tuhan.  Apalagi waktu itu, warga desa disekitar lokasi juga kesulitan mendapatkan air.  Dalam semedi itulah, Mbah Tempel lalu merasakan batu besar yang didudukinya bergetar hebat.  Spontan ia melompat turun untuk melihat yang terjadi.  Ternyata, dari bawah batu tersebut keluar air.  Kian lama air yang mengucur semakin deras, hingga membuat batu besar itu terbelah.

Baca Juga: Misteri Ghaib Angin

Setelah batu itu terbelah, Mbah Tempel mendapati sebuah mata air yang bentuknya seukuran sumur.  Sebagai wujud syukur karena permohonannya terkabul, Mbah Tempel langsung meminum air itu dan dipakai membasuh wajah.  Saat itulah terjadi satu keajaiban luar biasa.  Wajah Mbah Tempel menjadi tampak lebih muda dari sebelumnya.  “Sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengenali Mbah Tempel.” ujarnya.
Semenjak itu, Mbah Tempel sering membantu masyarakat.  Ia akhirnya meninggal pada tahun 1914.  Sebelum meninggal, Mbah Tempel sempat berjanji pada warga desa untuk selalu menolong masyarakat apabila ada yang membutuhkan.  Janji itulah yang sekarang menjadi dasar pedagang untuk meminta berkah pelarisan di pundennya.  “Tak ada yang tahu pasti dimana makam Mbah Tempel.  Hanya saja penduduk desa sering melihat kemunculannya di sekitar punden pada malam-malam tertentu,” ujar juru kunci. 
Punden Mbah Tempel tidak hanya terkenal sebagai sumber berkah pelarisan.  Tapi juga gudang pusaka beryoni tinggi.  Menurut Giman pusaka-pusaka itu antara lain:
-Batu akik
-Keris Nogososro
-Tongkat Emas
-Dan beberapa jenis pusaka lainnya.

Keris

akik




















Hanya saja sampai sekarang belum ada yang dapat mengambilnya, karena pusaka-pusaka itu dijaga siluman harimau putih.  “Harimau putih itu biasanya muncul pada malam Jum’at Pahing, bertepatan dengan acara ritual yang diadakan peziarah yang dianggap akan berbuat aneh-aneh.  Tapi tidak semua orang bisa melihat sosoknya.
SEKIAN

Perhatian…!!

Sebuah kisah misteri di dalam kehidupan sudah pasti ada.  Jangan menilai sisi negatifnya tapi ambillah sisi positifnya sebagai wawasan untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Illahi Robbi.  Nilailah diri sendiri, jangan menilai orang lain.  Semua orang di dunia ini adalah sama.  Yaitu sama-sama belajar untuk menjadi yang terbaik untuk menuju jalan spiritual hakiki Ketuhanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.