27 Januari 2017

MENU DAGING MANUSIA DI ALAM GHAIB


Pulang menggembala kambing, Tukimin kesasar di Watu Nganten. Tanpa dikehendaki, di tempat yang dikenal angker itu tahu-tahu ia sudah berada di alam lain. Di sana ia diajak sosok ghaib pelesir kerajaan ghaib pantai laut selatan dan pasar setan di puncak gunung Lawu.


Program Silat Karomah Abdul Jabar KIK DISINI

Pengalaman hidup di alam lain yang dialami beberapa orang ternyat bermacam-macam. Beda antar yang satu dengan yang lainnya. Ada yang menyenangkan tetapi ada juga yang sama sekali tidak menyenangkan. Diantaranya yang pernah dialami Tukimin warga Magetan, Jawa Timur. Ceritanya ketika itu Tukimin dalam perjalanan pulang ke rumahnya setelah seharian menggembala kambing. Akan tetapi, entah kenapa, ia kesasar ke sebuah tempat bernama Watu Nganten di desa tetangga. Saat berada di tempat itu, Tukumin merasa alam sekitarnya mendadak berubah. Ia merasa telah masuk ke alam yang sangat asing baginya. Disana ia melihat banyak orang yang kondisi badannya tidak sama dengan orang-orang di alam nyata. Orang-orang itu semuanya kurus kering dengan mata cekung. Saat itu mereka terlihat sedang duduk seperti antri untuk pergi ke suatu tempat. Tukimin sama sekali tak mengenal mereka.


Anehnya kalau mereka seperti antri menunggu panggilan, Tukimin yang baru datang malah langsung dipanggil masuk ke dalam sebuah bangunan rumah. Bangunan itu keadaanya porak poranda, beda jauh dengan halamannya yang tampak indah bagaikan taman surga penuh dengan tanaman bunga dan macam-macam pohon yang telah berbuah. Pohon buah apa saja terlihat disana. Bangunan yang dimasuki Tukimin tampak kumuh dan reyot. Lapisan dindingnya banyak yang mengelupas, hingga terlihat batu-batanya. Kayu penyangga gentengnyapun ,banyak yang sudah roboh. Tukimin berusaha mengira-ira tempat dirinya berada itu. Namun meski telah memutar otak tetap saja ia tidak tahu. 

Dalam bangunan itu, Tukimin tidak sendirian. Ia bersama sejumlah orang yang kondisinya sama seperti yang ada di luar bangunan. Ekspresi muka mereka sama-sama murung dengan mata cekung seakan sudah lama tidak makan. Tak seorangpun diantara mereka yang dikenal Tukimin. Semua terasa asing. Bosan mengamati mereka, Tukimin kembali memperhatikan setiap sudut bangunan rusak dan reyot itu. Di salah satu sudut bangunan matanya melihat ada dua batu berbentuk pasangan pengantin yang sedang duduk. Melihat itu ia jadi teringat pada suatu tempat di desa tetangganya. Tak lain yakni Watu Nganten. Namun, kalau tempat di desa tetangganya itu, ada pohon beringinnya. Sedang yang saat itu ia lihat tidak ada. 


Kemudian ada sosok berbadan bungkuk melintas sambil membawa dua ember. Satu ditangan kanan, satunya di tangan kiri. Saat melintas di samping Tukimin, bau busuk langsung menyengat hidungnya. Tukimin sampai menutup gidung, karena tidak tahan bau dari sisi dua ember yang dibawa sosok bungkuk itu. Dan yang mengherankan Tukimin, ketika kedua ember diletakkan oleh sosok bungkuk, sosok-sosok lain yang tadinya duduk, langsung berebut dan menyantap isinya. Mereka seperti benar-benar kelaparan. Isi kedua ember yang baunya amat menyengat itu, langsung habis dimakan. Menyaksikan itu, Tukimin merasa jijik dan mau muntah. Ia langsung memalingkan mukanya agar tidak melihat adegan tersebut.

Ketika batinnya masih bergejolak akibat melihat pemandangan menjijikkan tersebut, Tukimin mendengar namanya dipanggil oleh sosok berbadan tinggi besar dan hitam. Sosok itu berulang-ulang memintanya, agar mau jadi temannya. Ia mengaku kesepian dan butuh teman. Akan tetapi Tukimin selalu menolaknya. Tukimin menyatakan tak ingin tinggal di tempat itu dan tidak mau berteman dengan sosok tinggi besar tersebut.

DIKAWAL SOSOK HITAM BESAR
Meski telah ditolak mentah-mentah, sosok tinggi besar itu terus saja mendampingi Tukimin. Bahkan ia lalu menawarkan makan pada Tukimin. Bukan nasi yang disodorkan, tapi buah-buahan yang sudah busuk. Sudah barang tentu, Tukimin tidak mau memakannya. Rasa lapar yang semula menyerang perutnya seketika lenyap. Tahu, bahwa Tukimin sudah tidak betah berlama-lama di tempat itu, sosok hitam besar yang tak pernah lelah merayu Tukimin untuk bersahabat itu, lalu membawa Tukimin ke suatu tempat. Anehnya meski baru melangkah ia dan Tukimin tiba-tiba sudah berada di suatu pantai yang berombak besar. Tukimin takjub melihat keindahan pantai itu. Maklum, baru kali itu selama hidupnya, ia melihat pemandangan pantai dengan ombak yang begitu besar. Ia lalu duduk di sebuah batang pohon yang tumbang. Sosok tinggi besar yang sejak semula mengawalnya lantas mengatakan, kalau itu adalah pantai laut selatan, tempat Nyi Roro Kidul berkuasa atas semua makhluk ghaib yang ada di daerah tersebut.

Setelah beberapa lama di tempat itu, Tukimin kembali merasa lapar. Ia pun meminta pada sosok hitam besar. Namun lagi-lagi ia disodori makanan yang bukan seperti makanan sehari-harinya. Makanan yang diberikan itu sudah basi dan busuk, bahkan ada ulatnya. Sehingga jangankan menyantap, baru melihatnya saja Tukimin langsung muntah-muntah. Ia pun langsung minta pulang. Sosok hitam besar itu memang langsung mengajak Tukimin meninggalkan pantai laut selatan. Namun ia bukannya mengantarkan Tukimin pulang ke rumah, melainkan membawanya ke puncak gunung. Dan anehnya perjalanan lagi-lagi ditempuh hanya dalam waktu sekejap. Tapi kali itu, Tukimin tahu betul tempatnya berada. Yakni pasar setan yang terdapat di puncak Gunung Lawu. 


Tukimin memang pernah dengar dari orang-orang pintar bahwa di puncak gunung Lawu terdapat pasar setan tempat bagi makhluk halus melakukan jual beli barang. Dan apa yang dikatakan orang-orang pintar itu, menurut Tukimin memang benar. Sebab Tukimin akhirnya bisa menyaksikan sendiri hal itu. Disitu Tukimin melihat banyak sosok asing menawarkan dan membeli dagangan. Wajah mereka pucat pasi semua. “Semuanya seperti mayat hidup,” tutur Tukimin. Bersama sosok ghaib yang selalu menemani, Tukimin terus melangkah menyusuri pasar setan. Sesekali ia berhenti untuk melihat barang yang dijual. Hingga dalam satu kesempatan, ia kaget setengah mati ketika ditawari daging. Sebab, di meja dekat daging yang ditawarkan, terlihat ada tengkorak manusia yang masih berlumuran darah. Sehingga ia menduga kuat bahwa daging yang ditawarkan setan itu, adalah daging manusia. Tukimin lalu menjauhi pedangang daging manusia itu dengan setengah lari, hingga kakinya terantuk batu dan jatuh pingsan. Sebab kala dirinya pingsan, sosok besar hitam yang selalu menemaninya pergi meninggalkannya. Ia mengetahui itu karena ketika dirinya siuman, sosok tersebut sudah tidak ada di dekatnya. Sehingga seketika itu pula ia lepas dari pengaruh atau kekuatan sosok ghaib tersebut dan kembali ke alam nyata.

Dijelaskan oleh Tukimin, ketika siuman itu, dirinya masih berada di kawasan puncak gunung Lawu di areal pasar setan. Ia lalu berjalan ke arah argo dalem dan akhirnya bertemu salah seorang yang menunggu tempat itu. Orang tersebut mengatakan dirinya beruntung karena masih bisa kembali ke alam nyata. Karena menurut orang tersebut beberapa orang yang masuk ke pasar setan itu biasanya tidak bisa kembali. “Jadi saya bersyukur bisa kembali ke rumah,” ucap Tukimin.

SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.