23 Desember 2016

MENJEBAK TUYUL BAJANG


Menangkap tuyul, bukan perkara mustahil.  Kisah ini membuktikan bahwa makhluk pencuri halus itu memang dapat di taklukkan.

Sebut saja namanya Sarno.  Sarno adalah mantan pegawai perusahaan yang terkena PHK.  Dengan modal pesangon dari perusahaan tersebut Sarno membuka toko sembako.  Setahun pertama memang lumayan juga.  Toko tersebut berjalan lancar.  Namun, memasuki tahun kedua ada berbagai kejanggalan yang tiba-tiba dialaminya.  Uang hasil penjualan yang setiap hari selalu dihitung dengan teliti dan ditaruh dibawah lipatan pakaian di almari, hampir selalu berkurang.  Anehnya tidak semua uang yang hilang, namun hanya pecahan 20 ribuan rupiah saja.


Keanehan ini terjadi hampir sepanjang hari.  Akibatnya Sarno sering cek-cok dengan isterinya dan saling berburuk sangka.  Namun karena merasa tidak mengambil, sudah barang tentu mereka saling menyangkal keras.  Siapa yang telah mengambil uang tersebut? melihat modusnya yang amat aneh namun terprogram sedemikian rupa, maka pasti ada hal ghaib dibalik peristiwa ini.  Begitulah kesimpulan Sarno.  “Coba tempat uangnya diberi kaca dan jarum,” nasehat dari mertua Sarno.  Cara inipun sudah dicoba, namun nyatanya tidak memberikan efek apa-apa.  Setelah kotak uang diberi kaca dan jarum, esoknya masih juga kehilangan uang.


“Aku akan riyadhoh,” tekad Sarno kesal karena keanehan itu terus terjadi.
Sarno pun mulai melakukan riyadhoh Ilmu Hikmah yang dipelajari dari mendiang kakeknya.  Malam pertama dan kedua tidak terjadi apa-apa.  Baru di malam ketiga, apa yang dilihat Sarno berubah menembus dimensi ghaib.  Terlihat bayangan maya yang memasuki rumah, Sarno terkesima dan heran karena melihat bentuk tubuh yang sangat aneh dan menakutkan.  Ya, sesosok makhluk kecil dengan tubuh berwarna kuning dan rambut sangat panjang serta gigi taring yang mengkilat.  Makhluk ini menyeringai kecil melihatku yang sedang duduk bersila. 


Si makhluk kemudian berjalan menuju tempat Sarno menyimpan uang.  Tangannya masuk ke dalam almari dan mengambil beberapa lembar uang pecahan 20 ribuan rupiah kemudian pergi dengan cepat keluar rumah.  “Rupanya makhluk sial ini yang telah mengambil uang hasil jerih payahku,” gumam Sarno dengan berasumsi bahwa makhluk itu termasuk kategori tuyul bajang.  Keesokan harinya, Sarno pergi ke pasar untuk membeli beberapa peralatan yang dibutuhkan.  Sarno ingin berkonsentrasi menghancurkan tuyul bajang tersebut.  Sepulang membeli ubo rampe, Sarno segera mengurung diri di dalam kamar dan berpesan kepada isterinya agar jangan sekali-kali mengganggu. 

Sampai malam Sarno tidak beranjak meninggalkan kamar.  Menjelang pukul 01.00 dini hari Sarno sudah bersiap untuk aksi puncak.  Sebuah meja dengan berbagai macam peralatan untuk menangkap tuyul sudah disiapkan.  Sebuah gelas berisi air kepala muda, sebuah sapu ijuk, seikat merang dari beras ketan hitam, kembang telon, minyak wangi, sehelai rambut, seutas benang merah putih, serta sebatang lidi daun aren.  Tak lupa dua ekor kepiting sawah yang diletakkan dalam baskom berisi air.  Setelah menunggu beberapa waktu, nampak mulai ada tanda-tanda datangnya si tuyul bajang.  Angin dingin berhembus kencang memasuki kamar.  Juga pintu kamar sedikit bergetar.  Sarno segera bersiap dengan amalan yang bernama Asma Penatasan, sambil tangannya menggenggam lidi aren dan sapu ijuk.


Tiba-tiba sesosok makhluk kecil sudah ada didepannya.  Kena dia…!! tuyul itu mendekati baskom yang berisi kepiting sawah.  Tangannya bergerak memegang dan mempermainkan kepiting itu dengan asyiknya.  Tanpa menunggu lebih lama lagi, Sarno segera memukulnya dengan sapu ijuk.  “Aduuh…!! sakit…!!,” teriaknya terjengkang dan tuyul itu tak bisa lari lagi.  Segera diikatlah tuyul itu dengan sehelai rambut isterinya, sedangkan kakinya diikat dengan sehelai benang merah putih.  Tuyul itu hanya bisa meronta dan menangis kesakitan.  “Siapa namamu?” tanya Sarno.  Tuyul itu tak mau menjawa dan hanya menundukkan mukanya.  Tanpa ampun lagi, sebatang lidi aren segeran dipukulkan Sarno pada tubuh mungilnya.  Tuyul itu menjerit kesakitan dan menangis.


“Siapa namanu?” tanya Sarno lagi.  “Kawal,” jawab si tuyul sambil terus menangis.  “Siapa tuanmu?” tanya Sarno lagi.  “Pak Sugandi!” jawab tuyul.  Sarno terkejut, karena tahu bahwa pak Sugandi adalah orang kaya yang masih tetangga dekatnya.  Ia seorang pedagang kain yang tebilang sukses.  “Baik, kamu tunggu disini samapi tuanmu membebaskanmu, namun jika sampai besok tuanmu tidak menebusmu, maka kamu akan saya bunuh!” ancam Sarno.  Anehnya, keesokan harinya pak Sugandi memang datang bertamu ke rumah Sarno.  Kedatangannya bermaksud ingin menebus tuyul bajang itu.  “Maaf..!! tuyul itu akan kubunuh, karena dia telah merugikan banyak orang,” jawab Sarno.

Pak Sugandi terdiam, namun tak lama kemudian matanya mulai berkaca-kaca tanda ketakutan.  Tangannya gemetar dan hanya menundukkan kepala.  “Nyawa saya jadi taruhannya bila tuyul bajang itu kau bunuh!” cetusnya diantara tangis.  Sarno tak tega melihatnya, tuyul itupun terpaksa dilepaskannya.  Namun anehnya, setelah peristiwa itu, pak Sugandi mendadak terserang stroke.  Meski akhirnya sembuh, namun sebelah kakinya pincang.  Apakah ini hukuman baginya? Wallahu ‘alam bissowab.
SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.