13 Maret 2016

RITUAL JABATAN DI KLENTENG TEK CUN ONG


Di klenteng ini tidak warga Tri Darma saja yang datang beribadah, tak sedikit umat kepercayaan lain turut berburu berkah kasih sayang Dewi Kwan Im.  Dari banyaknya permburu berkah itu, beberapa diantaranya adalah pejabat pemerintahan yang menduduki jabatan penting di daerah masing-masing.


Dari segi fisik bangunan dan interior di dalamnya, Klenteng Kong Tek Cun Ong yang terletak di sebelah utara pasar besar Magetan ini terkesan sederhana.  Yakni hanya terdiri dari dua altar pemujaan.  Altar utama bernama Kong Cow Kwee Sing dan altar lainnya dinamakan Dewi Kwan Im.  Namun demikian klenteng ini tampak cukup terawat.  Semua sudut ruangannya, bagian dalam, terlihat bersih hingga membuat ratusan umat Tri Darma bisa khusyuk dalam beribadah di dua altarnya.  “Ya, memang begini keadaan klenteng ini sejak didirikan.  Kalau dibandingkan dengan bangunan klenteng yang ada di kota Madiun, Kediri atau Tuban, sudah jelas kalah jauh.  Baik dari segi desain interior, maupun luas bangunannya,” jelas Agung, penjaga setempat.

          Artikel Terkait:

Umat Tri Darma, Tao maupun Budha yang datang ke sana tak penah membedakan kedua altar tersebut.  Mereka pasti memanfaatkan keduanya untuk memanjatkan doa serta meminta sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Esa, setiap kali beribadah.  “Untuk sesajinya, sama seperti di klenteng-klenteng lain,” jelas Agung.  Yang menarik, pada hari peribadatan tertentu, jamaah yang melakukan ibadah di Klenteng Tek Cung Ong, ternyata tidak hanya umat ketiga agama itu, yang mayoritas warga Tionghoa.  Tak sedikit pejabat pemerintah yang notabene beragama selain tiga agama tersebut, ikut melakukan ibadah.  Namun mereka tidak melakukan peribadatan di altar utama, melainkan di altar Dewi Kwan Im.


Menurut Agung, kebanyakan dari pejabat yang datang dengan mobil dinas itu, bertujuan mendapatkan belas kasih dari Dewi Kwan Im agar atasan mereka masing-masing akan selalu berbelas kasih kepada yang bersangkutan.  “Kalau sudah mendapat rasa iba itu, apalagi kalau bukan untuk mempertahankan kedudukannya.  Bahkan mendapat kedudukan lebih tinggi lagi,” ungkap Agung dengan nada serius.  “Dari semua pejabat yang pernah datang ke klenteng ini, tak satupun berasal dari Magetan.  Umumnya mereka datang dari luar kota, sesuai dengan plat nomor mobilnya.  Kalau yang dari Magetan ya warga Tri Darma saja,” lanjutnya.



Masih menurut Agung, tak sedikit pula umat non Tri Dharma diluar pejabat, yang datang ke klenteng itu dengan maksud juga untuk ngalap berkah belas kasih dari Dewi Kwan Im.  Umumnya mereka adalah para pekerja pabrik atau pegawai kantor swasta.  Seperti halnya para pejabat mereka berharap mendapatkan perhatian lebih dari atasannya.  “Kalau yang bukan pejabat, tak sedikit mereka yang datang dari dalam kota.  Tujuannya tak ada lain kalau tidak untuk disayangi majikannya masing-masing.” imbuh Agung.  Saat ditanya tata cara ritual, Agung mengatakan bahwa ritualnya sangat sederhana yaitu cukup dengan membakar hio serta sedikit memberi sesaji berupa buah-buahan.  Setelah itu, para pelaku dapat langsung mengutarakan keinginannya di depan altar Dewi Kwan Im.



Sangat ampuh mengangkat derajat
Menurut Agung, sudah banyak orang yang mendapatkan hasil baik setelah melakukan ritual ngalap berkah belas kasih di klenteng Tek Cun Ong.  Agung kemudian mencontohkan peristiwa beberapa waktu lalu, yang dialami salah seorang warga keturunan.  Kepada Agung selaku penjaga, orang itu mengaku terus terang, jika dirinya terancam dipecat karena sesuatu hal dari tempat kerjanya di sebuah perusahaan pembiayaan kredit sepeda motor.  Berdasarkan informasi dari temannya, karyawan yang sebenarnya non umat Tri Darma itu datang di klenteng Kon Tek Cun Ong.


Seperti para pendatang lainnya, begitu ia masuk ia langsung melakukan ritual di altar Dewi Kwan Im.  Usai menjalani ritual, lelaki itu langsung pergi meninggalkan klenteng yang telah berumur ratusan tahun tersebut.  Selang tak lama, beberapa hari kemudian, keputusan pemecatan itu dibatalkan.  Dan selang satu bulan, ia datang lagi ke klenteng Tek Cun Ong dan mengaku terus terang jika Tuhan telah memberkahinya dengan perantara Dewi Kwan Im.  “Kalau tidak salah dia orang Mojokerto.  Pengakuannya sama saya ya seperti itu.  Tapi yang perlu diingat semua itu kita minta kepada Tuhan.  Tempat ini hanya sebagai sarana,” tutur agung bijak.



Sang Dewi Pengasihan
Nama Dewi Kwan Im yang dikenal di daratan Cina sebagai Dewi Pengasih, sebenarnya sudah dikenal oleh bangsa Cina sejak tahun 800 SM (sebelum masehi) atau ketika bangsa Cina belum mengenal ajaran Tao.  Pada tahun 531 SM, ajaran Tao diperkenalkan oleh Lao Tse.  Pada saat ajaran Tao mulai diperkenalkan itulah, nama Dewi Kwan Im yang dikenal sebagai Dewi Pengasih mulai diperkenalkan.  Bagi penganur Tao, Dewi Kwan Im dikenal sebagai sosok dewa yang tak pernah menonjolkan diri, tidak haus akan harta benda dan tidak pernah melakukan permusuhan sesama umat.  Karena kata Tao sendiri sebenarnya mempunyai arti, “Seseorang yang dapat menguasai hawa nafsu.”  Lalu siapa sebenarnya Dewi Kwan ima itu?


Sebagaimana kepercayaan masyarakat Cina pada umumnya, Dewi itu sebenarnya dulu juga seorang manusia biasa.  Walau berwujud seorang wanita, ketika masih hidup di bumi, ia suka menolong sesama tanpa pandang bulu serta pamrih.  Bahkan tak sebatas warga di kampung halamannya saj yang ia tolong.  Kwan Im juga mengembara untuk melakukan kebajikan itu.
Sepak terjang Dewi Kwan Im akhirnya didengar oleh para Dewa yang tinggal dikayangan.  Para Dewa akhirnya mengadakan rapat yang kemudian menghasilkan kesepakatan bulat untuk mengangkat Kwan Im menjadi Dewinya kasih sayang atau welas asih.  Sejak saat itu, Kwan Im berhak tinggal di istan para Dewa.  


Tidak itu saja, nama Dewi Kwan Im lebih dekat di hati rakyat.  Bahkan tak sedikit dari tiga ajaran yang ada yakni Kong Hu Cu, Tao serta Budha memasang patung Dewi Kwan Im didalam tempat peribadatan.  Terutama di klenteng umat Tri Darma.  Tak hanya itu, tak sedikit pula klenteng yang memasang sosok Dewi Kwan Im pada altar utama.  “Karena itulah, mengapa Dewi Kwan Im menjadi simbol welas asih (belas kasih).  Karena memang beliau merupakan sosok Dewi yang suka memberi pertolongan, serta selalu menyayangi sesamanya.  Terutama saat beliau diangkat sebagai Dewa,” pungkas Agung.
SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.