11 Februari 2016

ILMU PELET MERUSAK RUMAH TANGGA


“Lewat ilmu pelet wanita itu memikat suamiku.  Sampai akhirnya ia hamil 2 Bulan dan suamiku terpaksa menikahinya.  Tapi bagaiman dengan diriku sendiri, status tak jelas antara bercerai dan tidak…”

Pada pertemuan kali ini penulis akan menyuguhkan artikel cerita mistik ilmu pelet yang merusak rumah tangga orang.  Memang ilmu pelet sangat berbahaya sekali bagi seseorang, maka dari itu bagi para pembaca yang mempunyai ilmu pelet janganlah digunakan secara serampangan.  Nanti akan berakibat karma pada diri sendiri dan keturunannya.  Selain cerita mistik, pada sesi kali ini penulis akan memberikan sebuah amaliah ilmu penangkal dari ilmu pelet pada akhir artikel nanti.  Oke… selamat membaca…!!


Mengenang tentang Mas Pur, panggilan akrab suamiku, aku hanya bisa mengelus dada sambil berfikir apa yang kurang dengan diriku.  Selama 5 tahun lebih aku mendampinginya, rumah tangga ini nyaris tak pernah mengalami cobaan yang berarti.  Semua berjalan dengan harmonis sampai aku melahirkan anak pertama dan kedua.  Tapi kini semuanya seperti berubah menjadi mimpi buruk.  Ya, sangat buruk! Sampai-sampai aku trauma untuk membayangkannya.
Perkenalanku dengan Mas Pur berawal dari acara disnatalis di kampus.  Kebetulan kami menjadi panitia acara itu.  Mas Pur ketua dan aku sekretarisnya.  Aku masih ingat betul saat Mas Pur mengungkapkan perasaanya kepadaku.  Tepatnya setelah acara itu selesai.  Dan tanpa halangan yang berarti, cinta kami tumbuh subur sampai ke pelaminan.
Sebagai seorang istri aku harus bisa melayani suamiku dengan baik, dan menurutku selama ini aku tak kurang-kurang untuk bisa menyenangkannya.  Karenanya aku jadi heran, sebab sejak 3 bulan sebelum tragedi itu terjadi sikap Mas Pur jadi berubah total.  Kemesraannya pudar sama sekali.  Sepulang dari kantor, dia tampaknya tak bersemangat.  Malamnya, dia punlebih senang melamun sendirian ketimbang memanjakanku.  Hari itu sambil duduk diruang tamu, ia memberikan selembar surat kepadaku.  Isinya mengenai tugas belajar 3 bulan ke Tulung Agung.  Kukira, waktu itu ia melamun karena tugas belajar itu.  Aku mencoba menghiburnya agar berbesar hati.  Coba menghiburnya agar berbesar hati.
“Sudahlah, jangan ragu, siapa tahu sepulang dari sana dapat posisi baru,” cetusku meyakinkannya.  Mas Pur akhirnya berangkat juga memenuhi tugas dari kantornya untuk belajar lagi.  Sebelum berangkat ia sempat berpesan kepadaku soal pengambilan gaji.  “Setiap bulan ambil saja di kantor, dengan begitu aku jadi tak khawatir dengan kebutuhan belanja anak-anak dan dirimu,” katanya.
Aku bangga sekali padanya.  Sepertinya dia memang belum banyak berubah dan selalu mememperhatikan aku, isterinya, juga kedua anaknya.
Selesai dengan tugas belajarnya, selang beberapa bulan kemudian Mas Pur memang dinaikkan jabatannya menjadi Kepala Bagian.  Melihat hal itu seharusnya sebagai isteri aku bergembira.  Tapi sebaliknya, justru hal ini membuat kebahagiaan yang selama ini ada menjadi berkurang.  Jabatan Mas Pur telah membatasi ruang gerak kami sebagai sebuah keluarga.  Waktu kebersamaan menjadi suatu yang sangat langka.  Hari demi hari, Mas Pur bahkan terasa jadi seperti asing bagi aku dan anak-anaknya.  Bagiku kebiasaanya pulang malam karena lembur adalah wajar.  Bahkan tidur dikantornya jadi hal yang lumrah baginya.  Suatu hal yang tidak kumengerti, ia kini jadi sering marah-marah jika kuperingatkan.  Karena perubahan sikap Mas Pur, tanpa kusadari muncul perasaan curiga.  Aku khawatir Mas Pur mempunyai wanita idaman lain (WIL) tanpa sepengetahuanku.  Naluri perempuan memang lebih tajam dibandingkan pria.  Aku bisa merasakan kekhawatiran yang kemudian berubah menjadi firasat-firasat yang aku alami.  Setiap kali tidur aku selalu bermimpi yang mengisyaratkan sikap suamiku berselingkuh.
Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, toh akhirnya akan tercium juga baunya.  Begitulah yang terjadi.  Suatu hari aku menemukan selembar foto wanita ukuran 4x6 dibawah kasur tempat tidurku.  Tidak ada nama atau identitas jelasnya.  Hanya aku teringat suatu malam setelah Mas Pur bercinta denganku pernah menyebut nama Ida dalam tidurnya.  Iguannya terus teang membuatku sangat cemburu.  Mungkinkah foto itu milik Ida…?
Aku kembalikan foto itu ke tempatnya.  Baru keesokan harinya aku minta penjelasan terhadap Mas Pur.  Dengan gugup suamiku menjelaskan bahwa itu adalah foto seorang teman sekantor, yang kebetulan kenal sewaktu tugas belajar.  Begitu aku mengejarnya, pecahlah perang di dalam rumah tangga kami.  Mas Pur marah besar karena aku terus mencercanya.  Sepertinya ia sudah kehabisan jawaban.
Setelah pertengkaran itu, diam-diam aku terus mencari informasi tentang siapa Ida, namun hasilnya tidak menggembirakan.  Sementara itu rumah tangga kami terus diwarnai pertengkaran.  Kadang aku merasa kasihan dengan anak-anak, bagaimana pertumbuhan jiwa mereka melihat ayah ibunya kerap bertengkar.  Karena itu akhirnya kuputuskan untuk menitipkan anak-anak pada neneknya di Malang.
“Ma, kalau tidak ada kami, tolong jangan bertengkar lagi, ya!” Pesan salah seorang anakku.  Saat itu aku hanya bisa menjawab lirih, “Baiklah, Mama Janji!”
Karena Mas Pur tak juga mengaku dengan perbuatannya, aku akhirnya menuruti saran teman-temanku untuk menanyakan hal itu kepada paranormal atau Kyai.  Ternayata apa yang kudengar dari seorang pintar, sungguh mengejutkan.  Suamiku kecantol seorang wanita, tapi prosesnya tidak terjadi secara wajar.  Katanya suamiku tergila-gila pada wanita bernama Ida karena pengaruh ilmu pelet.  Dan untuk menangkalnya, aku disarankan melakukan sholat malam selama 7 kali setiap malamnya dengan disertai membaca doa-doa khusus.
Baru dua kali melakukan syarat itu, malamnya aku merasakan hawa panas di dalam kamarku.  Paginya aku menerima surat untuk Mas Pur tanpa identitas pengirimnya.  Tapi alangkah terkejutnya begitu membaca isinya.  Ada sebaris kalimat yang terus kuingat: “Mas Pur, aku sekarang telah hamil 2 bulan….”
Bagaimana aku bisa tidak mengetahui kalau suamiku telah menghamili wanita lain selain diriku? tapi, meski aku tahu semuanya, toh aku tetap bersabar menunggu kesempatan terbaik untuk bicara dengan suamiku.  Namun pengakuan yang aku harapkan tidak kunjung datang.  Keadaan suamiku semakin kacau setelah aku menemukan sebuah cincin kawin bertuliskan Ida.
Begitu kubeberkan rahasianya, tak ada sepatah katapun terucap dari mulutnya selain permintaan maaf.  Seketika itu pula aku menyusul anakku ke Malang dengan isak tangis, serta dada bergemuruh menahan amarah.  Sungguh, aku tak menduga bahtera rumah tangga kami hancur karena kehadiran orang ketiga.
Hampir setengah tahun lamanya aku bersama anak-anak tinggal di Malang.  Selama itu, aku berusaha untuk melupakan Mas Pur.  Statusku pun menjadi tak jelas lagi.  Aku belum diceraikan suamiku, tapi aku tak pernah bersama lagi dengannya, bahkan beritanyapun tak pernah ku ketahui.
Suatu pagi, entah mimpi apa, setelah semua selesai sarapan, Mas Pur tiba-tiba muncul di depan pintu.  Sekali lagi dugaanku meleset, ku kira kedatangannya kali ini untuk rujuk memperbaiki bahtera rumah tangga yang sempat hancur.  Ternyata Mas Pur justru memohon restuku untuk melangsungkan pernikahan secara resmi dengan Ida yang telah mengandung anaknya.  Dia mengaku terpaksa melakukannya karena wanita yang bernama Ida itu hamil olehnya.
Pada suatu hari timbul keinginanku untuk pulang ke rumahku sendiri di Jakarta.  Rumah itu telah lama kutinggalkan, ternyata sampai disana semua tampak tidak terawat dan sepi tanpa penghuni.  Begitu aku masuk, ternyata pintunya tidak terkunci.  Aku mengendap-endap melangkahkan kaki.  Tapi astaga, aku melihat suamiku tidur pulas berpelukan dengan seorang wanita.  Amarahku tak tertahan.  Ku obrak-abrik selurauh kamar itu.  Aku meninggalkan rumah dengan tangis yang tak terbendung.
Selama perjalanan pulang ke Malang, air mataku terus mengalir.  Lewat utusan seorang temannya, Mas Pur mengirim surat dan memberitahuku, dia dan Ida telah kawin sirri setahun lalu, surat itu menandakan bahwa statusku tidak jelas, dicerai tidak tetapi rumah tangga kacau balau.  Duh betapa malang nasibku.
Kini aku hanya bisa berdoa agar Mas Pur sadar dengan kekeliruannya.  Meski dia tak kembali padaku, tapi paling tidak dia dapat memberikan status yang jelas buat diriku.
*Sumber Majalah Misteri


Begitulah kisah tragis korban dari ilmu pelet.  Seseorang yang terkena ilmu pelet, pikirannya telah dirasuki energi ghaib kasat mata sehingga pikirannya selalu terbayang-bayang oleh seseorang yang melakukannya.  Untuk itu, bagi para pembaca sekalian tidak ada salahnya apabila membekali diri dengan ilmu ghaib untuk membentengi dari kejahatan ilmu pelet.  Ingat sebuah pepatah mengatakan, “Mencegah lebih baik dari pada mengobati,”  Baiklah, akan penulis babarkan sebuah ilmu ghaib untuk membentengi dari kejahatan ilmu pelet.  Silahkan dibaca, dipahami dan diamalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.